Sabtu, 06 Juli 2013

PENGARUH MAKANAN SYUBHAT DAN MAKANAN HARAM


Bissmillahirrahmannirrahim….
Assalamu’alaikum wr.wb
“Syubhat adalah sesuatu yang tidak jelas tentang status hukumnya. Kalau status hukum halal itu sudah jelas dan Haram itu juga sudah jelashukumnya. Maka antara yang haram dengan yang halal itulah yang di maksud dengan Syubhat. Syubhat juga bisa di katakan sebagai pembatas antara yang halal dengan yang haram. Karenanya posisi Syubhat berada di ambang yang halal dan sekaligus berada di ambang yang haram.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw :
“Hai Ali, barang siapa yang memakan (makanan dan minuman yang syubhat, maka dia akan menjadi ragu dengan terhadap keyakinan agamanya dan hatinya akan menjadi gelap. Dan barang siapa yang memakan (makanan/minuman) yang haram, maka hatinya akan mati, agamanya ringkih, keyakinannya akan melemah, Allh menghalangi do’anya dan menjadi sedikit ibadahnya”
Maka dari itu sebagai langkah hati-hati kalau bisa kita gharus menjauhkan diri dari yang syubhat. Dalam hadist lain Nabi memberi gambaran tentang tentang seseorang yang jatuh dalam hal yang syubhat itu sama seperti seorang pengembala yang membiarkan kambingnya berada pada pagar pembatas antara wilayah haram dengan wilayah halal dimana kambing itu sangat memungkinkan untuk melewati agar pembatas tersebut sehingga terjerumus pada daerah yang di haramkan.
Ternyata syubhat juga mengakibatkan pada diri tentang keragu-raguan terhadap agama dan akan berakibat pada suramnya hati. Pada kondisi yang demikian inilah hati manusia tidak bisa lagi merasakan manisnya iman. Mereka tidak akan bisa merasakan kebahagiaan hati yang hakiki yang biasa diperolehnya dari amal ibadahnya dan KOndisi seperti ini sesungguhnya bisa dijadikan sebagai tolak ukur, jika dalam pelaksanaan ibadah kita tidak bisa merakskana nikmatnya peribadatan, maka hal itu kemungkinan akarena adanya barang syubhat yang pernah di makannya.
Do’a tak akan pernah di kabulkan, ini mungkin merupakan jawaban kita selama ini. Mengaa kita yang selalu berdo’a namun sepertinya Allah swt belum mengabulkannya. Tak hanya itu, pengaruh makanan haram yang mungkin sudah terlanjur masuk ke dalam perut kita akan menyebabkan kita susah untuk berbuat baik. Hal ini di sebabkan pengaruh makanan haram yang memang sejak semula selalu mengarahkan manusia kepada hal-hal yang haram. Jangan diharap bahwa seseorang yang banyak makananan haram itu punya kecondongan untuk berbuat amal ibadah, mendengar kata “IBADAH” saja mereka terkadanga sudah merasa kesal.
Berkaitn dengan masalah pengaruh makanan syubhat dan makanan haram pada perilaku keberagaman seseorang, ada baiknya kita simak sebuah hikayah yang pernah terjadi pada diri seorang ulama’ sufi besar yakni Ibrahim bin Adam dan Abu Yazid Al busthami.
Dikisahkan bahwa Ibrahim bin Adam pernah memberi kurma dari seorang penjual yang sudah tua. Tanpa sepengetahuannya ada dua biji kurma yang jatuh tepat di pinggit kakinya. Tanpa pikir panjang Ibarahim bin Adam memungutnya  lalu memakannya. Dia begitu yakin bahwa dua biji kurma yang diambilnya itu adalah termasuk kurma yang dibelinya dari penjual tua tersebut.
Selang satu tahun, seperti biasa Ibarahim bin Adam akan melakukan khalwat didalam Masjidil Aqsha. Waktu itu ada satu aturan yang membatasi kebebasan orang bersembahyang di masjid tersebut. Jika waktu sudah melam semua orang harus keluar seabab masjid tersebuyt akan didatangi oleh banyak malaikat yang akan melakukan peribadatan sepanjang malam. Waktu itu Ibrahin bin Adam bersembunyi di sebagian ruangan masjid bernama Qubbatus Sahra agar tidak dikeluarkan oleh petugas.
Waktu malampun tiba. Rungan dalam masjid sepi. Tidak ada satupun orang kecuali Ibrahin bin Adam yang melakukan taqarrub kepada allah. Pada waktu yang bersamaan para malaikat mulai berdatangan. Salah satu dari malaikat itu tiba-tiba ada yang berkata ” Di dalam masjid ini ada seorang manusia”
” ya, benar! dia adalah Ibrahim bin Adam, seorang ahli ibadah dari kota kurasan”
Malaikat yang lain ada yang berkata lagi, “ya, dia adalah ahli ibadah semua amal ibadahnya naik kelangit dan langsung diterima setiap hari”.
Malaikat lain ada yang berkata pula, ” ya memang betul seperti itu. Hanya saja selama satu tahun ini do’anya sudah tak pernah di kabulkan lantaran dua biji kurma yang pernah di makannya setahun yang lalu”
Ibrahim bin Adam mendengarkan percakapan para malaikat itu. Dia tersentak dengan kata-kata malaikat terakhir yang menyebutkan bahwa selama satu tahun belakangan ini amal ibadahnya tertahan dan do’aa tak ada ang di kabulkan sebab dua biji kurma yang pernah dimakannya. Ibrahim bin Adam terus berpikir dan mengingat-ingat tentang dua biji kurma itu. Hingga pada akhirnya dia ingat bahwa satu tahun yang lalu ia pernah membeli kurma  kepada seorang pedagang yang sudah tua lalu dia memungut dua biji kurma yang jatuh dipinggir kakinya itu. Apakah kurma itu yang dimaksud oleh para malaikat?
Enthlah ! yng jelas dulu saat dia memakan dua biji kurma tersebut Ibrahim bin Adam yakin bahwa kurma itu termasuk kurma yang dia beli. Tetapi kini dia menyadari bahwa dua biji kurma itu bukanlah miliknya. melainkan milik pedagang tua tersebut. kurma inilah yang menyebabkan amal ibadahnya dan do’anya tertolak.
Makan, esoknya Ibrahim bin Adam langsung menuju ke kota Makkah mencari pedagang yang satu tahun lal ia memberlu kurma kepadanya. Hanya satu tujuan yang ia cari waktu itu, yakni meminta ridha atas dua bijikurma yang sudah terlanjur ia makan. sesampainya di kota Makkah, ia tidak menemukan pedagang tua itu lagi. Tetapi pasd di tempat penjualannya yang dulu ada seorang pemuda berdagang kurma. Ibrahim bin Adambertanya kepada pemuda itu, ” Setahun yang lalu disini ada seorang penjual kurma yangsudah tua. Tolong beritahu aku dimanakah dia sekrang berada”?
Pemuda itu menjawab, ” Dia adalah ayahku. Beliau sudah meninggal” setelah itu ia pun bercerita perhal dua biji kurma yang pernah dia makan setahun yang lalu.Kepada pemuda ini Ibrahim bin Adam meminta agar ia memberi ridha atas dua biji kurma itu. Tetapi kethuilah bahwa masih ada ahli waris ayah yang sekrang masih hidup. TOlong mintalah halal juga kepada mereka, yaitu ibuku dan saudara perempuanku, ‘ jawab pemuda itu.

Ibrahim bin Adam lalu berusaha mencari kedua wanita tersebut dan meminta kehalalan dua biji kurma yang setahun ia makan. Setelah bertemu dengan keduanya Ibrahim bin Adam pun mendapatkan ridha dari keduanya.
Sekembalinya dari Makkah, seperti biasa Ibrahim bin Adam melakukan munajat lagi didalam Masjidil Aqsha pada waktu malam hari. Bersamaan dengan itu mulai datang malakat yang beribadah sepanjang malam di masjid tersebut. Sebagian malaikat ada yang memulai pembicaraan, ” itu dia Ibrahim bin Adam. Amal ibadanya yang setahun tergantung di langit dan do’anya yang tidak dijawab  kini semuanya telah di terima oleh Allah swt. karenaia sudah membereskan dua biji kurma yang pernah ia makan dulu”
Mendengar perkataan itu Ibrahim bin Adam menangis gembira. Ia bersujud syukur kepada Allah swt. Dan sejak saat itu dia tidak makan sesuatu kecuali sekali dalam satu minggu, itupun ia selalu hati-hat agar tidak memakan sesuatu yang bukan miliknya.
Kisah lain terjadi pada diri seorang ulama’ sufi yang lain, yaitu Abu Yazid Al Bustami. Diceritakan bahwa Abu Yazid Al Bustami melakukan peribadtan kepada Allah selama bertahun-tahun, namun ia senditi tidak mersakan ketentraman dalam juwanya. Ya, saat sedang khusyu’ dalam munajat ia tidak pernah merasaan nikmatnya iman. Abu Yazid Al Bustam yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam dirinya. namun apakah itu?
Abu Yazid Al Bustami sepenuhnya yakin bahwa dalam dirinya ada sesuatu yang haram. Tetapi dia tidak yakin bahwa dirinya telah mengkonsumsi sesuatu yang haram itu. Maka, dalam kebumbangan dan kebingngannya, ia ingat ibunya. Mungkinkah ibu itu yang telah memasukkan sesuatu yang haram dalam dirinya?
Suatu hari Abu Yazid Al Bustami menghadap dan bertanya kepada ibunya, ‘ Wahai ibuku, selama ini aku tidak pernah bisa merasakan nikmatnya iman kala aku bermunajat kepada Allah. Tolong renungkanlah apa sebab kitnya?
Sang ibu tidak bisa menjawab pertnyaan Abu yazis. ” Ibu, maafkannlah aku. Mohon ibu mengingat-ingat apakah dulu saat aku masih berada dalam kandungan atu saat aku masih menyusu ibu pernah makan sesuatu yang bukan hak ibu? ” Lanjut Abu yazid”.
Sejenak sang ibu berfikir dan mengingat-ingat apakah memang benar bahwa dulu ia pernah makan sesuatu yang haram. Lama sekali sang ibu menginat-ingat hingga akhirnya dia sadar bahwa dulu, puluhan tahun yang lalu ia pernah memakan sesuatu yang bukan miliknya.
“Hai anakku, aku baru ingat sekarang bahwa waktu dulu, saat ibu masih mengandungmu, ibu naik ke atas rumah lalu ibu melihatada adibab roti milik tetangga yang sedang dijemur. Ibu ingin sekali mencicipi adonan roti itu. Maka langsung saha ibu mengambulnya sebesar ujng jari dan memakannya sungguh ibu lupa meminta ijin kepada pemiliknya”.
Mendengar kisah itu Abu Yazid lalu berkata, ” Ibu, itulah yang menjadikan penyebab mengapa sampai sekrang aku tidak bis amerasakan ketenangan batin saat beribadah kepada Allah swt. Untuk itu, aku mohon ibu mendatangkan pemilik adonan roti tersebut untuk meminta kehalalannya.
Sang ibu lalu pergi ke pemilik adona roti tersebut untuk meminta kehalalannya. Sang pemilik adonan roti tak keberatan dengan hal itu ia pun mengjalalkan adonan rotu yang dulu dimakan ibunda Yazid. Dan sejak saat itulah Abi yazid mulai bisa merasakan ketenangan batin saat beribadah kepada Allah.
Demikian dari uraian cerita di atas semuga kita semua dapat mengambil ibroh dari cerita di atas dan semuga dapat menjadi pegangan untuk menapaki kehidupan yang semakin membahayakan di era sekarang ini, wallahua’lam bisshawab.
” Wassalamu’alaikum wr.wb”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar